Jumat, 19 Desember 2014

Mulailah Dari Dirimu Sendiri

Ada sebuah kisah simbolik yang cukup menarik untuk kita. Kisah ini adalah kisah tentang seorang raja dan sesendok madu. Alkisah, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warga kotanya.

Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendok madu untuk dituangkan
dalam sebuah bejana yang telah disediakan dipuncak bukit ditengah kota. Seluruh warga kotapun memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.

Tetapi, ada dalam pikiran seorang warga kota terlintas suatu cara untuk mengelak, "Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mata seseorang. Sesendok airpun tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga kota."

Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa yang kemudian terjadi? Seluruh bejana ternyata penuh dengan air. Rupanya, semua warga kota berpikiran sama dengan warga tadi. Mereka
mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggungjawab.

Kisah ini dapat terjadi, bahkan mungkin telah sering terjadi dalam berbagai masyarakat manusia. Dari sini kita bisa mengambil sebuah petunjuk, bahwa seseorang harus memulai dari
dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian dia melibatkan pengikut-pengikutnya. Setiap orang adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini berarti bahwa setiap orang harus tambil terlebih dahulu. Sikap mental yang demikian inilah yang dapat menjadikan bejana sang raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun. Dan kita semua tak bisa menyalahkan siapa-siapa, ataupun membenarkan siapa-siapa, karena sistem yang berlaku berperan penting dalam pembentukan karakteristik kehidupan masyarakat.

Inilah yang menjadi tolok-ukur kita untuk selalu bertindak dengan mengedepankan kejujuran terhadap diri kita sendiri. Kini, dimana sebuah kejujuran adalah nisbi, hanya menjadi konsumsi mereka yang memegang teguh idealisme nilai-nilai kehidupan, yang kini terpinggirkan. Bagaimanakah seharusnya kita harus bertindak untuk mencapai kehidupan bersama yang tentram dan damai? Di sini pula kita harus mengedepankan rasa kebersamaan kita dan kepedulian, mulai dari diri kita sendiri. Dan sangat naif, jika kita cuma bisa mengkritik dan mengkritik tanpa habis yang ada diluar diri kita. Karena ada pepatah "Daun selembar di mata orang lain kelihatan, balok di dalam mata kita sendiri kita nggak tahu". Apakah itu yang terjadi pada diri kita semua, terlalu mengurusi aib orang lain, bahkan terhadap aib diri kita sendiri kita sengaja atau mungkin tidak mengetahuinya. Mulailah segala sesuatu dari diri kita sendiri.

Salam Kreatif,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar